Jumat, 09 November 2018

KLASTERISASI INDUSTRI GALANGAN KAPAL DALAM SEBUAH KAWASAN YANG TERINTEGRASI UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI PASAR GLOBAL

KLASTERISASI INDUSTRI GALANGAN KAPAL DALAM SEBUAH KAWASAN YANG TERINTEGRASI UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI PASAR GLOBAL
Studi Kasus: Pengembangan Klaster Industri Perkapalan di Lamongan



Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 70 persen lautan, peran sarana transportasi laut menjadi sangat penting untuk menjamin konektivitas dan distribusi logistik nasional. Arus dan volume perdagangan antar pulau dan ekspor impor yang semakin meningkat, maka diperlukan armada kapal yang memadai, yang didukung industri galangan kapal sebagai sarana pembangunan dan pemeliharaan/perbaikan kapal yang mandiri dan berdaya saing di dalam negeri. Pengembangan industri galangan kapal di dalam negeri juga diperlukan untuk menekan belanja devisa, menciptakan lapangan kerja yang luas, memajukan industri komponen lokal dan sektor-sektor usaha terkait, dan bahkan berpotensi menjadi penghasil devisa bagi negara.
Salah satu kunci keberhasilan dan tingginya tingkat produktivitas industri kapal di negara-negara maju adalah pengembangan klaster industri dan pola sinerji yang efektif. Sedangkan pengembangan galangan-galangan kapal di Indonesia masih dilakukan secara parsial, belum terintegrasi dan belum tercipta pola sinergi yang terencana di antara para pelaku usaha galangan dan industri-industri penunjangnya. Selain itu, pengadaan kapal-kapal negara dan BUMN terkait juga belum diintegrasikan dengan pengembangan industri galangan kapal nasional. Peran pemerintah dalam pembinaan dan kebijakan teknis maupun finansial belum sepenuhnya berpihak pada upaya pengembangan industri ini. Akibatnya, pengadaan armada nasional belum mampu meningkatkan produktifitas dan daya saing industri perkapalan secara nasional.
Pemikiran strategis tentang pengembangan industri perkapalan nasional yang diletak­­kan dalam kerangka pengembangan klaster industri kapal secara terpadu dalam sebuah kawasan atau wilayah sangat diperlukan, sehingga secara bertahap dapat meningkatkan produktifitas dan daya saing in­dus­tri kapal nasional, dengan skala ekonomi yang semakin membaik. Pengembangan industri perkapalan tersebut dilengkapi dengan industri penunjang berupa dukungan per­u­sa­haan logistik, kebutuhan material dan komponen kapal, infrastruktur industri serta fasilitas penunjang lainnya, yang saling terintegrasi dalam pola sinergi bisnis yang efektif.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, salah satu program dalam Renstra BPPT tahun 2016-2019 adalah pengembangan klaster industri perkapalan di Lamongan. Pemilihan Surabaya dan sekitarnya didasari berbagai pertimbangan antara lain: keberadaan PT PAL Indonesia dan beberapa galangan kapal menengah, sejumlah industri pendukung dan sumberdaya-sumberdaya kemaritiman berlokasi di wilayah ini, seperti Laboratorium Hidrodinamika BPPT, ITS, Poltek Perkapalan, dan beberapa perguruan tinggi terkait Painnya, lembaga-lembaga pelatihan, dan lain-lain. Pertimbangan lainnya, banyak perusahaan galangan kapal potensial di wilayah ini, sulit lagi dikembangkan khususnya di Nilam Surabaya dimana lokasinya direncanakan menjadi perluasan pelabuhan.
Walaupun terdapat beberapa kendala/keterbatasan, wilayah Paciran Lamongan dipilih dengan beberapa pertimbangan. Selain Pemda setempat sudah menetapkan wilayah ini sebagai kawasan industri perkapalan dan sudah ada perencanaan awal oleh Kementerian Perindustrian, terdapat beberapa galangan kapal menengah, keberadaan Lamongan Shore Base dan rencana pengembangan pelabuhan, serta ketersediaan tenaga kerja yang cukup memadai.
Sesuai Renstra BPPT 2015-2019, kajian pendahuluan sudah dilakukan tahun 2015, yang dilanjutkan dengan kordinasi dengan pihak-pihak terkait, kajian akademik, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis, survei, dan perencanaan Master Plan Awal pada tahun 2017. Kegiatan ini berada di bawah Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim (PTRIM) BPPT yang dibentuk sejak tahun 2016, dengan nama program Inovasi Teknologi Industri Perkapalan, pada sub-kegiatan Revitalisasi Industri Perkapalan, dengan kegiatan klasterisasi industri perkapalan di Surabaya dan sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan MoU antara BPPT dengan Pemkab Lamongan, yang secara khusus dibuat dalam bentuk Perjanjian Kerjasama (PKS) Tahun 2017. 

Pada tahun 2018, PTRIM BPPT meneruskan Master Plan Awal yang telah dihasilkan pada tahun 2017, yang lebih difokuskan pada survei tambahan dan penyempurnaan Master Plan yang telah dibuat sebelumnya. Master Plan ini masih bersifat konseptual, karena masih ada kendala kepastian lahan dan belum terbentunya Badan Pengelola Kawasan, sesuai persyaratan Kemenperin.
Dari hasil FGD terbatas pada tgl 6 Nop 2018 di Surabaya, yg menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi/peneliti, praktisi industri, pemerintahan, dan asosiasi terkait, direkomendasikan membentuk forum komunikasi para pengusaha terkait yang sudah ada (sesuai kesepakatan pada Rakor di Pemkab Lamongan tahun 2017), membentuk klaster terbatas pada perusahaan-perusahaan yang sudah ada sebagai pengungkit tumbuhnya daya tarik bagi pengusaha-pengusaha terkait lainnya, dan kordinasi pihak Pemkab Lamongan dengan Pemprov Jatim, serta kebijakan Pemerintah Pusat untuk mendorong terbentuknya klaster industri yang dimaksud.

Rabu, 05 Oktober 2016

Bercermin dari Galangan Kapal China? Apa kekurangan Industry Galangan kapal kita? Kapan Kita bisa berbenah? Apa yang mesti dilakukan?



Bercermin dari Galangan Kapal China? Apa kekurangan Industry Galangan kapal kita? Kapan Kita bisa berbenah? Apa yang mesti dilakukan?
(Dicopy dari tulisan Laode Muhamad Arwin via FB tanggal 1 Oktober 2016)

Sekilas sejarah Pelayaran Laksamana ChengHo dan Sawerigading:
Laksamana Cheng Ho 1405M dan rekan-rekannya berangkat untuk ekspedisi perdana "membawa surat kekaisaran untuk negeri-negeri di Samudra Barat, serta membawa hadiah untuk raja mereka berupa kain brokat emas, kain sutra berpola, dan kain kasa sutra, sesuai dengan status mereka.)

Menurut naskah Lontara I Babad La Lagaligo pada abad ke 14, Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Lemo dan Bira. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi)

Kembali kemasa sekarang. Untuk menjamin keterberlangsungan Pelayaran antara negara maka dibutuhkan Galangan galangan kapal yang memiliki produktifitas tinggi yg siap menyuply kebutuhan akan Kapal. Pada photo terdapat dua kapal bitumen (Asphalt) Carrier berbendera Singapore yang dibangun disalah satu Galangan Kapal di China. Kedua kapal tersebut Keel Laying pada Awal june 2016 dan Launching 24 Sept 2016 (3 Months Only at Drydock ). Ini sesuatu yang sangat susah kita jumpai diNegara kita. Begitu cepat mereka "menjahit" kapal ini

Selama hampir dua tahun mencoba mempelajari sembari mengamati mengapa mereka bisa membangun dengan rata rata usia kapal dibuilding berth cuman max 5months apakah bedanya dengan Galangan kita. Coba mengambil sample pada galangan Fujian Shipbuilding Fuzhou yang merupakan Galangan milik pemerintah. Usia galangan ini sudah cukup tua. Mari kita melihat dari aspek:


1. Phase Design: Metode Pembangunan kapal

Galangan Kapal ini mengadopsi metode Full Metode Integrated Hull Construction Outfitting and Painting (IHOP) yang juga sebagian diadopsi oleh beberapa Galangan kapal di Batam seperti Batamec Shipyard dan PaxOcean Shipyard. Dengar dengar PT PAL Surabaya juga seperti ini (Maaf saya gak punya data PT PAL karena belum pernah kesana).

Namun mengapa Galangan China ini mampu mencapai produktivitas sangat tinggi? Padahal sebagian Galangan di Batam / Surabaya juga mengadopt metode tersebut. Salah satu yang terpenting dalam penggunaan metode ini adalah ketersedian “Shipbuilding Software” seperti Tribon, Nupas Cadmatic etc. Kedua Galangan batam tersebut juga memiliki software tersebut. Ternyata metode ini bisa “100% FULLY Help” jika semuanya siap.Salah satu yg mesti disiapkan adalah "DESIGN PACKAGE". Satu tahun sebelum kapal dibangun, Pihak Galangan sudah mengundang Tim Kami sebagai perwakilan pemilik kapal buat bahas “Conceptual design dan Detail Design” dengan “Technical/Engineering Department” dari Galangan tersebut dan Tugas kami adalah Fokus pada kedua hal tersebut yang “Outputnya” adalah “Final Detail Drawing”. yang tujuanya mengurangi potensial “REWORK” pada saat construction stage. AKhir dari kegiatan ini adalah kami me “review “ detail design dalam bentuk 3D yang sudah dibuat pada software shipbuilding tersebut
.

2. Phase Construksi

Phase ini dimulai jika Engineering phase sudah selesai. Pada project kami detail design overall project hampir +/-80% selesai maka Steel Cutting sudah dimulai. Fasilitas Galangan jika mau dibandingkan dengan Batamec Shipyard maka Fasilitasnya hampir sama saja. Sama sama memiliki 3D Shipbuilding Software (Tribon/NupasCadmatic), Fasilitas Crane Yang memadai, Heavy Lifter Transporter, Fasilitas Hullconstruction workshop seperti CNC Cutting, Bending Machine etc dan juga memiliki Blasting and Painting workshop facility.

3. Iklim Cuaca dan Hari Libur

Kita ketahui bersama disini ada musim Panas, Musim dingin dan musim Hujan. Pada musim panas biasanya mencapai 38-40 derajat celcius bahkan suhu dibawah minus derajat celcius. Pada suhu ini beberapa pekerjaan Painting dan Welding bisa tertunda. Hambatan produksi akibat iklim di Negara kita relative lebih sedikit dibandingkan mereka

Pada bulan February merupakan Tahun baru China dimana momentum ini hampir semua pekerja tidak ada yang mau bekerja. Mereka lebih memilih pulang kekampung halaman masing masing dan ini linur hampir 3 minggu sampai sebulan lamanya. (Mirip mirip Ramdhan dan lebaran di Indonesia.

4. Sumber Daya Manusia

Skill Sumber Daya Manusia kita dari level Engineering sampai level pekerja hampir sama saja. Namun dalam hal pekerjaan Fitter dan Welder saya sangat jarang jumpai pekerjaan REWORK akibat Skill kedua pekerjaan tersebut digalangan china ini.

5. Peran Pemerintah dan sector perbankan dalam mendukung Industry Galangan Kapal

Jauh sebelumnya china sudah menargetkan 80% Komponen kapal berasal dari Industry dalam negeri sendiri namun ditahun 2000 hal itu belum tercapai karena Chinese-made equipment is very limited due to its poor quality. This is most vexing in the area of propulsion systems. Namun sekarang ini bukan lagi masalah. Wechai salah satu produsen Mesin sudah berhasil membuat mesin mesin kapal yang berkualaitas bagus. (Sumber data dari news).
Pada project yang kami tangani kurang lebih +/-70% Komponen pembangunan kapal berasal dari negara ini. Dimulai dari Crane, Mesin walaupun mesin tersebut adalah asal Eropa namun mereka memiliki Factory diChina. Selain itu Steel/Profile buat konstruksi lambung kapal, Pompa pompa yang hampir semuanya diproduksi dalam negerinya sendiri.

Setelah target 80% tersebut Pemerintah China sudah menargetkan ditahun 2015 mereka menjadi the builder of the most advanced ships dan Itu benar benar terjadi. Dalam pencapaiannya mereka suda menyiapkan apa apa yang harus mereka lakukan yakni diantaranya mereka memberi banyak kemudahan kepada Galangan Kapal. DIGalangan kapal ditempat kami bertugas pemerintah memberikan bantuan luar biasa untuk membangun Galangan Kapal yang khusus dibuat untuk membangun kapal kapal Teknology tinggi seperti Drill Ship, Semisub dan special kapal advance lainnya. Pemerintah membangunkan akses jalan ke galangan, memberikan lahan yang cocok buat galangan milik pemerintah tersebut.

Menurut data dari DNV yang dipublish tahun 2012, Strategy China untuk memajukan Industry Galangan Kapalnya sbb:

·    The Government favours domestic shipping lines such as COSCO purchasing ships from Chinese shipyards and provides them with discounts and economical credit.
·         China’s biggest advantage is low labour cost which is 50% of Korean and Chinese labour.
China is the cheapest manufacturer of steel in the world which also helps yards to reduce costs.
·         However, China still imports 60 percent of raw materials. Aims to reduce it to 30%. China lacks technology to build complex vessels. Chinese yards are tying up with Korean and Chinese yards and focussing on simple vessels.
·   Domestic shipping lines such as COSCO purchasing ships from Chinese shipyards and provides them with discounts and economical credit.

Masih banyak "pekerjaan rumah" yang mesti kita selesaikan. Mulai dari pengembanagn SDM kita sampai dengan peran pemerintah.Semoga dengan program Toll Laut Pak Presiden Joko Widodo semakin mendekatkan kita untuk meraih kejayaan dalam Industry ini. Tidak ada yang mustahil. Korea selatan tidak kurang dari beberapa tahun bisa melipatgandakan Kapasitas pembangunan kapalnya.


Tanggapan 1: Buana Ma’ruf

Bagus sekali apa yang disampaikan dinda Laode Muhammad Arwin ini, terutama karena dialami dan dilihat sendiri serta paparannya cukup sistematis dan menjawab kunci2 kesuksesan China membangun industri kapalnya. Dari uraian tulisannya saya menyimpulkan kunci sukses China adalah:

a.  semua tahapan disain selesai 80% sebelum keel laying (seperti halnya dilakukan di Jepang), sehingga semua procurement bisa direncanakan/dilakukan lebih awal dan potential rework during production could be minimized;
b.  industri komponen lokal cukup berkembang atas support pemerintah dgn supply lokal mencapai 70-80%, sehingga supply lebih cepat dan harga competitive;
c.  dukungan pemerintah dan lembaga keuangan lokal China sgt mendukung dgn insentif khusus dan tingkat/syarat kredit modal kerja yang dapat menggairahkan galangan dengan HPP (harga poko penjualan) kapal yang rendah;
d.    volume order yang besar dan ukuran kapal besar-besar sehingga dapat menciptakan skala ekonomi yg besar di semua sektor, dan penerapan teknologi produksi modern (PWBS/IHOP) dapat diterapkan secara optimal; dan
e.  etos kerja dan rasa memiliki para pekerja yang tinggi, sehingga potensi rework selama proses produksi rendah dan disiplin untuk mencapai target penyelesaian pekerjaannya juga menjadi tinggi.



 Bagaimana tanggapan dan masukan Anda??

Entri Populer